Rabu, 03 November 2010

Potret Dunia Malam Ibu Kota JAKARTA

Bidadari Jakarta - Kota metropolitan Jakarta, tidak selalu indah seperti yang ditampilkan di televisi. Beragam kondisi yang memprihatinkan, miris, nelangsa, ironis, rasa kecewa hingga mengurutkan dada, juga kerap timbul. Hal itulah yang hendak dipaparkan film Bidadari Jakarta.
Bidadari jakartaBerfokus pada kehidupan dunia malam, Bidadari Jakarta bercerita tentang tiga orang wanita Pekerja Seks Komersil alias PSK. Masing-masing memiliki cerita tersendiri.
Ulin (Poppy Bunga) adalah seorang gadis remaja yang datang ke Jakarta untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang penyanyi terkenal.
Tapi Ulin tertipu pencari bakat gadungan, yang justru menjualnya pada pengusaha klub malam, hingga menjadi pelacur.

Setelah rentetan kejadian, nasib mempertemukan Ulin dengan Niza (Renny Novita), yang bekerja sebagai PSK.
Meski ia seorang sahabat yang baik, tapi ia bukanlah ibu yang baik. Putranya Ingus (Fahmi Aditya) diabaikan karena ia terlahir sebagai laki-laki.
Bukan hanya menelantarkan Ingus, Niza juga seorang pecandu narkoba. Ia bahkan rela menjual tubuhnya hanya untuk barang haram itu.
Masalah itu bahkan tersimpan rapi dari Ulin dan Rara (Ayang), sahabat senasib, yang memiliki masalah pelik lainnya.
Bertiga, mereka memang kompak. Agar terhindar dari pria hidung belang yang tidak membayarnya, mereka bergabung dengan mucikari bernama Mami Tika.
Sosok Niza ditampilkan tak lagi muda, tidak heran jika dirinya minim dilirik pria. Sayangnya, kesempatan kosong itu dimanfaatkannya untuk mengkonsumsi narkoba. Hingga nasib berkata lain. Niza over dosis. Tubuhnya dibuang dekat rumah kontrakannya dan hanya ditunggui Ingus.
Kematian Niza menimbulkan masalah baru bagi Ulin, karena ia bertemu dengan Bert (Keith Foo), seorang pialang saham yang aktif melakukan kegiatan sosial di bidang Street Violent. Saat itu, Bert langsung tertarik mengenal Ulin lebih dalam lagi.
Kesenangan Ulin hanya berjalan sesaat. Hal tragis berikutnya menimpa Rara. Sahabat Ulin satu-satunya itu positif mengidap HIV/AIDS. Parahnya, tiba-tiba saja Rara menjadi wanita penggila seks. Tujuannya hanya satu, yakni demi menularkan virus HIV pada pria-pria hidung belang.
Melihat kondisi Rara, Ulin menjadi resah. Ia khawatir, virus yang menjalar ditubuh Rara bisa saja hinggap pada dirinya.
Mampukah Ulin bangkit dari keterpurukannya? Bagaimana pula ia mengatasi dilema terhadap hubungannya dengan Bert? Saksikan kisah lengkapnya di bioskop-bioskop mulai 7 Januari 2010 besok.
Secara keseluruhan, film yang disutradarai Nanang Istiabudi ini berupaya untuk memberi informasi mengenai fakta yang ada bahkan mengedukasi masyarakat. Apalagi kisah film ini berangkat dari catatan-catatan kecil para PSK.
Tidak hanya menggambarkan kelamnya dunia pelacur, kejamnya kota Jakarta ditampilkan lewat anak-anak jalanan yang berusaha keras bertahan hidup meski banyak tekanan dari 'sang bos'.
Mereka tak hanya diminta untuk mencari uang dengan mengamen, keselamatan mereka kadang terancam dengan perilaku kelainan seks, pedophilia sekaligus homoseksual yang tercermin pada sosok preman bernama Mat Kanun.
Sisi lain bahwa PSK menyebarkan virus HIV secara sengaja, menurut Linda Rachman, selaku produser merupakan kejadian nyata.
"Pelaku saat ini menjalankan misinya di tempat-tempat hiburan malam di kawasan Jakarta Pusat, Barat dan Selatan. Bahkan seusai melayani korban, PSK tersebut kerap meninggalkan pesan seperti yang ada di salah satu adegan film," ungkap Linda dalam jumpa persnya di Jakarta, Senin (4/1).
Diharapkan dengan adanya film ini, semoga pesan yang hendak disampaikan bisa diterima masyarakat.
Satu hal yang tidak bisa diabaikan, seorang PSK dengan arahan yang tepat, tak dinyana dapat kembali ke lingkungan masyarakat menjadi wanita baik-baik dan berprestasi.
Sayangnya, alur cerita yang cukup apik tidak disertai dengan tata musik yang indah serta warna yang kurang cerah. Persoalan warna mungkin dimaksudkan untuk 'flashback' tapi lagi-lagi musik yang tidak tepat malah jadi mengganggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terkait