Senin, 06 Desember 2010

Makam Panembahan Senopati Penuh Sesak

 
Seorang wanita hendak pulang dari lokasi berendam usai melakukan ritual di Sendang Kasihan di dusun Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (8/12/2010) dinihari. Menyambut tanggal satu Sura, sejumlah warga Yogyakarta berendam di Sendang tersebut dengan tujuan agar harapan dan keinginan mereka terkabul.
Malam satu Sura di Pasarean Mataram Kota Gede, Yogyakarta, Senin (6/12/2010) malam, dipadati ratusan peziarah. Ritual di makam Panembahan Senopati—pendiri Kerajaan Mataram—selama ini dipercaya membawa berkah dan keselamatan.

Tepat di pintu masuk makam Panembahan Senopati, diletakkan meja sesaji. Di atasnya ada dua buah tumpeng, yaitu tumpeng beras merah dan tumpeng nasi gurih. Tumpeng beras merah lengkap dengan lauk-pauk dan sayur-mayur merupakan lambang raja yang bertakhta dengan berani.

Adapun tumpeng nasi gurih dilengkapi lauk-pauk ayam kampung, telur, dan sayur-mayur. Di sebelahnya disiapkan 200 buah nasi gurih yang disajikan menggunakan takir (tempat nasi dari kertas). Nasi gurih itu lantas dibagikan kepada peziarah setelah didoakan. “Nasi gurih yang dibagikan itu dipercaya membawa berkah,” kata juru kunci Pasarean Mataram, Raden Tumenggung Pujodipuro.

Pria yang disapa Mbah Pujodipuro itu mengatakan, peringatan satu Sura adalah peringatan tahun baru Jawa. Di Pasarean Mataram Kota Gede, perayaan hanya diisi acara doa bersama oleh para peziarah. “Malam ini banyak warga dari luar kota yang datang. Jumlahnya bisa lima kali lipat dibandingkan hari-hari biasa,” ujarnya.

Ia mengatakan, peziarah yang datang itu biasanya langsung memanjatkan doa di depan makam, dan melanjutkan dengan mandi di Sendang Seliran dan Sendang Kemuning. Mandi di kedua sendang itu melambangkan kebersihan. “Peziarah bisa mandi dengan mengguyur seluruh tubuh, tapi ada juga yang cuma membilas wajah, tangan, dan kakinya saja, Bagi yang percaya, apa pun doanya akan terkabul,” katanya.

Sejumlah pejabat diinformasikan pernah ke pasarean tersebut. Di antaranya Bupati Sleman Sri Purnomo yang pernah mengirim utusan untuk berdoa di pasarean pada saat pencalonannya sebagai bupati. Selain itu, Bupati Bulungan, Kalimantan Timur, dan sejumlah pejabat dari Malaysia juga pernah berkunjung. Pada masa Orde Baru pejabat yang pernah berkunjung di antaranya adalah Harmoko, Wiranto dan sejumlah menteri.

“Doa yang sering dipanjatkan itu doa mohon keselamatan, doa mohon sukses jabatan, dan sukses usaha, rata-rata banyak yang terkabul,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terkait